Kebebasan Kost Mahasiswa




Aturan yang telah dibuat oleh pemilik kost kini tidak ada gunanya lagi. Seorang mahasiswa merasa bebas keluar masuk kost kapan saja. Tanpa menyadari bahwa yang dilakukan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Mahasiswa bukanlah seorang siswa lagi. Kini mahasiswa merasa seperti burung yang dilepas dari sangkarnya. Dunia bebas kini telah meracuni pergaulan mahasiswa IAIN yang identik dengan keislamannya. Keislamannya seakan-akan telah pudar, tak terlihat lagi kealiman mereka. Tak sedikit mahasiswa yang akidahnya rusak karena pengaruh pergaulan  yang dewasa ini semakin kacau. 

“Aku bukan lagi seorang siswa yang biasa dikendalikan oleh suatu aturan-aturan yang membatasi kebebasanku dalam bergaul. Kini aku telah dewasa menjadi mahasiswa yang tidak ingin dikekang oleh aturan-aturan seperti masa laluku.” Ujar Dini salah satu mahasiswa penghuni kost daerah Wonocolo.

Pengaruh tekhnologi merupakan salah satu penyebab yang melatarbelakangi sikap dan tingkah laku seorang mahasiswa. Berawal dari kemajuan teknologi yang semakin maju, pola berpikir mereka juga semakin maju, seperti situs jejaring sosial yang semakin canggih dan marak dikalangan pemuda.
 “Bagiku di jaman seperti ini tanpa teknologi seperti hp rasanya kamseupay”. Ucap Reni jurusan Menejemen Dakwah.

Selain faktor tersebut, dunia malam juga menjadi penyebab seperti semakin banyaknya tempat nongkrong yang banyak di Surabaya. Tak jauh dari kampus IAIN, tempat tersebut  telah tersedia di depan kampus. Tepatnya depan lapangan parkir JX Internasional yang biasa digunakan untuk nongkrong

Dalam tongkrongan mereka biasa diisi dengan canda tawa dan ngopi  bareng teman-teman ataupun pacar, tetapi ada juga yang menggunakan tempat itu untuk berdiskusi. Sebagaian dari orang-orang itu ada yang pulang sampai larut malam. Namun untuk yang mengerti waktu mereka tidak seperti itu.
Untuk para penghuni kost yang pulang larut malam mereka berdalih hanya sekedar nongkrong dan ngopi saja. “Disini memang tempat berkumpul sama temen-temen yang enak dan tidak jauh dari tempat kost, serta tidak menggeluarkan biaya untuk transportasi. Kalau nongkrong di Taman Bungkul, terlalu jauh dari kost”, kata Ervan salah satu mahasiswa yang suka nongkrong di tempat tersebut.

Keluh pemilik kost
Sementara itu aturan-aturan yang dibuat oleh pemilik kost banyak yang dilanggar oleh penghuninya. Seperti waktu yang ditentukan maksimal pukul 22.00 pintu gerbang telah ditutup, namun nyatanya banyak yang melanggar. Mereka rata-rata pulang diatas pukul 24.00 dan diantar seorang laki-laki.
“saya sudah capek mengingatkan mereka dengan aturan dan ucapan, tapi mereka tak menghiraukannya. Mereka adalah seorang mahasiswa yang tak selayaknya mereka bersikap seperti itu”, ungkap ibu kost yang tinggal di Wonocolo. 

Di kost tersebut pernah terjadi kejadian yang tak selayaknya ada. Seperti penghuni kost yang kini pindah dari tempat itu. Sebut saja Eka, mahasiswa Tarbiyah. Sebelumnya pernah membawa laki-laki ke tempat kost dengan berdalih laki-laki dari jakarta yang tidak mempunyai tempat tinggal di Surabaya. Mereka ketahuan salah satu RT yang ada di tempat tersebut, kemudian langsung melaporkan kejadiannya itu ke pemilik kos. Eka memang yang biasa keluar tanpa mengenakan jilbab sehingga orang-orang menganggapnya sebagai anak nakal. Kini dia mengambil jalan tidak meneruskan kuliahnya. 
 (Vik/Lu)


 








0 komentar:

Posting Komentar